Semua terjadi dengan sendirinya.
begitulah mungkin ungkapan yang sering kita dengar dari orang-orang yang tidak
mempercayai keberadaan Tuhan. Atau sering disebut faham materealistis. Faham
yang selalu mengedepankan akal dalam setiap menghadapi fenomena. Banyak sekali
teori-teori yang terlahir dari faham tersebut, misalkan teori penciptaan alam
semesta. Teori ini berpendapat bahwa penciptaan alam semesta terjadi
begitusaja, tanpa campur tangan Tuhan, sebuah kebetulan. Sebuah kebetulan
komposisi partikel meledak dari satu titik kemudian sebuah kebetulan tersusun
menjadi milyaran galaksi, gugusan planet, bintang dan satelit yang berorbit
begitu teratur. Dan sekali lagi sebuah kebetulan suhu dan komposisi yang tepat
sehingga tercipta makhluk-makhluk bersel satu sehinga berkembang menjadi
makhluk purba, dan menjadi kehidupan seperti saat ini. Mereka menyatakannya
sebuah proses alami dan sebuah kebetulan.
Jikalau kita memahami dan menggunakan
serta memainkan akal kita sedikit lebih mendalam maka kita akan merasakan
kejanggalan kata ‘kebetulan’ yang berulang kali disebutkan. Sebuah perumpamaan
yang sangat mudah untuk difikirkan. Misalkan
kita berjalan menuju kampus kebetulan kita menemukan uang 10 ribuan di
depan gerbang, tentu kita sepakat mengatakan ini hanya sebuah kebetulan belaka.
Kemudian kita berjalan 5 m kedepan, ternyata kita menemukan uang 10 ribuan
lagi, tidak salah jika kita juga mengatakannya sebuah kebetulan. Namun beda
halnya jika kita setiap kita melangkah 5 m kedepan kita selalu ‘kebetulan’
menemukan uang 10 ribuan. Sebuah kebetulan yang sangat janggal jika kita mau
memikirkannya, tentu saja akal sehat kita meyakini bahwa ada orang yang
mengatur sedemikian rupa, sehingga setiap 5 m ada uang 10 ribuan. Apakah juga
sebuah kebetulan jika alam semesta terjadi dengan suhu, komposi, dan partikel
yang secara kebetulan menjadi kehidupaan seperti saat ini?
Seperti halya kita melemparkan mata
dadu. Jika kita mendapatkan mata dadu 1 maka itu sebuah kebetulan. Lain halnya
jika kita melamparkan mata dadu berkali-kali dan yang keluar adalah mata dadu
1. Kebetulan? tentu saja bukan, tentulah ada orang yang sengaja mempermainan
peluang permainan lempar dadu, yang seharusnya hanya berpeluang 1/6 menjadi
1/1. Seperti halnya dengan susunan DNA manusia, ada yang sengaja mempermainkan susunan DNA yang begitu rumit itu dapat berbeda-beda antara manusia satu dengan
yang lain, sekalipun mereka kembar. Ada yang merencanakan membuat dan menjaga
susunan proton untuk tetap beredar mengelilingi elektron, meskipun keduanya
saling tolak menolak yang apabila proton ini lepas dari edarannya maka air
seperempat gelas dapat menghancurkan alam semesta ini. Masalahnya siapa yang
berkuasa megatur ini semua?
Sebuah anekdot yang menceritakan
gugurnya paham ini. Suatu ketika digelar sebuah pertemuan yang membicarakan
esensial Tuhan. Orang-orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan datang
terebih dahulu. Namun ada satu orang yang mempercayai Tuhan malah datang
terlambat. Sehingga berkembang asumsi bahwa teori si orang yang percaya adanya Tuhan
SALAH. Buktinya ia takut datang pada pertemuan itu. Hingga pada akhirnya orang
yang percaya akan adanya Tuhan datang.
“Kenapa kamu baru datang?” kata orang
yang tidak percaya pada Tuhan
“Maafkan saya teman-temanku, saya tadi
sedang terpesona melihat peristiwa yang sangat menakjubkan. Ketika saya
menyebrangi sungai saya melihat kayu dan paku hanyut, kemudian saya perhatikan
terus, hingga di ujung kelokan sungai kayu dan paku tadi tia-tiba berubah
menjadi sebuah meja yang sangat indah.” cerita orang yang terlambat tadi.
“Kamu sudah gila ya? Manamungkin
sebuah meja dapat terbentuk dengan sedirinya. Sampai 1000 tahunpun paku dan
kayu tidak akan menjadi sebuah meja tanpa pembuat meja.” Jawab sala seorang
yang tidak mempercayai Tuhan.
Kalau kita cermati dengan seksama maka
jawaban orang yang tidak mempercayai Tuhan ini telah menggugurkan teorinya
sendiri. Manamungkin alam semesta, manusia, dan kehidupan tercipta tanpa ada
campur tangan Sang Pencipta, terjadi denga sendirinya, dann kebetulan?
Mantabs :)
BalasHapus